Beranda | Artikel
Peringatan Untuk Menjauhi Kesyirikan Dan Wajib Khawatir Terjerumus Padanya
Senin, 18 April 2016

Syaikh Abdurrazzaq bin Abdil Muhsin Al Abbad

Sesungguhnya wajib atas setiap muslim dalam kehidupannya untuk khawatir terjerumus dalam setiap dosa yang menyebabkan kemurkaan dan kemarahan Allah Jalla wa ‘ala. Dan perkara yang paling besar bagi seorang hamba yang seseorang tersebut wajib khawatir darinya dan bersemangat untuk menjauhinya, serta bersungguh-sungguh untuk menjauhinya adalah syirik (menyekutukan) Allah Jalla wa ‘ala.

Benar, syirik kepada Allah Jalla wa ‘ala adalah dosa yang paling besar dan yang paling membahayakan. Syirik kepada Allah adalah kezaliman yang paling besar, dosa yang paling besar, dan merupakan dosa yang tidak diampuni (jika tidak bertaubat sebelum mati). Syirik kepada Allah merusak rububiyah, mencacati uluhiyah, merupakan buruk sangka kepada Rabb-nya seluruh makhluk Jalla wa ‘ala. Syirik kepada Allah Jalla wa ‘ala menyamakan selain Allah dengan Allah, menyamakan sesuatu yang kurang dan miskin dengan Dzat yang Maha Kaya dan Maha Agung Jalla wa ‘ala. Sesungguhnya kekhawatiran kita terhadap dosa syirik kepada Allah Jalla wa ‘ala harus lebih besar dari kekhawatiran kita dari seluruh perkara yang lain. Terdapat nash dan dalil-dalil dari Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya -semoga sholawat dan salam atasnya. Jika seorang hamba memikirkan dalil-dalil tersebut serta merenungkannya, niscaya akan mendatangkan ke dalam hatinya perasaan khawatir dari syirik dan menjadi peringatan darinya serta menjaga dari terjerumus ke dalamnya.

Dan diantara dalil tersebut adalah firman Allah Jalla wa ‘ala di 2 tempat dalam surat An Nisa ( ayat 48 dan 116)

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS An Nisa : 48 dan 116).

Dalam ayat tersebut terdapat penjelasan bahwa barangsiapa yang berjumpa dengan Allah Tabaraka wa Ta’ala dalam keadaan berbuat syirik, maka sesunggunya ia tidak akan mendapatkan ampunan Allah. Bahkan tempat kembalinya ke neraka Jahanam, ia kekal di dalamnya. Mereka tidak dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak pula diringankan azabnya.

Sebagaimana firman Allah Ta’ala,

{وَالَّذِينَ كَفَرُوا لَهُمْ نَارُ جَهَنَّمَ لَا يُقْضَى عَلَيْهِمْ فَيَمُوتُوا وَلَا يُخَفَّفُ عَنْهُمْ مِنْ عَذَابِهَا كَذَلِكَ نَجْزِي كُلَّ كَفُورٍ (36) وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَا أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيرُ فَذُوقُوا فَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ نَصِيرٍ} [ فاطر: 36-37 ]

Dan orang-orang kafir bagi mereka neraka Jahannam. Mereka tidak dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak (pula) diringankan dari mereka azabnya. Demikianlah Kami membalas setiap orang yang sangat kafir. Dan mereka berteriak di dalam neraka itu : “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan.” Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun”. (QS. Faathir : 36-37).

Orang musyrik berseru pada hari kiamat dan menginginkan untuk dikembalikan ke dunia untuk kesempatan kedua, namun tidak dikabulkan. Ia berkeinginan ketika dapat dikembalikan ke dunia, bersungguh-sungguh untuk beramal shalih berlainan dengan yang telah ia kerjakan dulu. Ia meminta untuk dibinasakan sehingga mereka mati, namun ia tidak mendapatkan jawaban dari permintaan tersebut. Ia meminta untuk diringankan (azab) walau hanya satu hari, namun ia tidak mendapatkan jawaban dari permintaan tersebut. Akan tetapi ia kekal dalam neraka Jahanam kekal di dalamnya selamanya. Bahkan sesungguhnya termasuk ayat yang paling agung dan paling keras untuk penduduk neraka adalah firman Allah Ta’ala dalam surat ‘Am (An Naba). Allah Jalla wa ‘ala berfirman :

فَذُوقُوا فَلَنْ نَزِيدَكُمْ إِلَّا عَذَابًا

Karena itu rasakanlah. Dan Kami sekali-kali tidak akan menambah kepada kamu selain daripada azab” (QS. An Naba : 30).

Sesungguhnya diantara yang mendatangkan kekhawatiran dari syirik dalam hati orang mukmin adalah kita merenungkan keadaan orang-orang shalih dan keadaan para nabi -yang kedudukannya dekat dengan Allah- tentang kekhawatiran mereka dari dosa yang besar ini. Cukuplah kita renungkan dakwah imam yang lurus Ibrahim Al Khalil ‘alaihis salam yang Allah jadikan ia sebagai kekasih. Ia menghancurkan patung-patung yang disembah dengan tangannya. Ia juga menyerukan untuk mentauhidkan Allah. Sehingga berdiri tegaklah perkara ini (tauhid) dalam kedudukan yang besar. Nabi Ibrahim berkata dalam do’a nya : “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala. Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia, maka barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ibrahim : 35 – 36). Renungkanlah bahwa seorang imam yang lurus semoga sholawat dan salam atasnya, ia berdoa kepada Allah Jalla wa ‘ala untuk menjauhkannya dan keturunannya dari menyembah patung-patung. Yaitu agar menjadikan dirinya benar-benar jauh dari menyembah patung. Sehingga tidak mendekatinya dan tidak pula terjatuh dalam sesuatu yang menjadi perantara terjadinya penyembahan kepada patung. Ibrahim at Taimi Rahimahullahu Ta’ala ketika membaca ayat ini, ia berkata : “Siapa yang merasa aman dari musibah yang besar ini (syirik) setelah Ibrahim?” Maksudnya jika ibrahim Al Khalil ‘alaihis salam saja merasa takut dari syirik dan berdoa kepada Allah Ta’ala dengan doa yang sangat agung ini, maka bagaimana orang lain dapat merasa aman darinya.

Dan sungguh Nabi kita ‘alaihis sholatu wa salam berdoa setiap hari, 3 kali ketika pagi dan 3 kali ketika sore :

اللهم إني أعوذ بك من الكفر ومن الفقر و أعوذ بك من عذاب القبر

Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran dan dari kefakiran, dan aku berlindung kepada-Mu dari adzab kubur

Rasulullah mengulang-ulang doa ini tiga kali setiap pagi dan sore. Dan Rasulullah juga sering berdoa dengan suatu doa sebagaimana terdapat dalam Shahihain (Shahih Bukhari dan Muslim) :

اللهم لك أسلمت وبك آمنت وعليك توكلت وإليك أنبت وبك خاصمت أعوذ بعزتك لا إله إلا أنت أن تُضِلَّني فأنت الحي الذي لا يموت والجن والإنس يموتون

Ya Allah kepada-Mu aku berserah diri dan kepada-Mu aku beriman dan hanya kepada-Mu aku bertawakal, hanya kepada-Mu aku bertaubat, dan aku mengadukan urusanku pada-Mu. Aku berlindung dengan kemuliaan-Mu, tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi kecuali Engkau yang bisa menyesatkanku. Engkau Maha Hidup yang tidak pernah mati sedangkan jin dan manusia mati“.

Dan hadits-hadits yang semakna dengan ini sangat banyak. Bahkan Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha mengatakan bahwa doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang paling banyak diucapkan adalah :

اللهمّ يا مصرّف القلوب، صرِّف قلوبنا على طاعتك

Ya Allah Dzat yang membolak-balikan hati, palingkan hati kami diatas ketaatan kepada-Mu“.

Ummu Salamah berkata : Aku bertanya kepada Rasulullah: Apakah hati-hati kita itu berbolak-balik? Rasulullah bersabda : benar, tidaklah satu hatipun kecuali ia berada diantara 2 jari Arrahman. Ia membolak-balikan sesuai dengan yang Ia kehendaki. Jika Ia menginginkan akan lurus maka menjadi lurus, namun jika Ia menginginkan untuk menyimpang, maka menjadi menyimpang.

Dan diantara dalil-dalil dalam bab ini, yaitu sebuah hadits yang terdapat di Musnad AHmad dan yang lainnya, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda kepada para sahabat radhiallahu ‘anhum :”Sesungguhnya perkara yang paling aku khawatirkan menimpa kalian adalah syirik kecil” Kemudian para sahabat bertanya tentang syirik kecil tersebut, maka Rasulullah menjawab : “Riya`”.

Ulama berkata, jika Nabi ‘alaihisshalatu wasalaam mengkhawatirkan para sahabatnya dari syirik kecil, padahal mereka adalah orang-orang yang bersemangat dalam ketaatan dan tauhid. Maka bagaimana keadaan orang yang dibawah mereka dan orang yang tidak sampai derajatnya sepersepuluh dari mereka dalam masalah tauhid dan ibadah? Bahkan terdapat di Adabul Mufrod dengan sanad yang hasan dengan adanya penguat, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “Sesungguhnya kesyirikan yang ada pada diri kalian lebih samar daripada semut”. Sebagian sahabat berkata: “Bukankah yang dimaksud kesyirikan itu seseorang menjadikan tandingan bagi Allah padahal Ia adalah Maha Mencipta”. Nabi ‘alaihisshalatu wasallam bersabda :” Demi Dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya sesungguhnya kesyirikan yang ada pada diri kalian lebih samar daripada semut” Kemudian Nabi ‘alaihisshalatu wasallam bersabda : ”Apakah kalian mau aku tunjukkan sesuatu jika kalian ucapkan, maka Allah akan menghilangkan dari kalian kesyirikan yang sedikit dan banyak?” mereka mengatakan : “tentu wahai rasulullah”. Rasulullah bersabda: “ucapkanlah oleh kalian “Allahumma innaa na’uudzubika annusyrikabika wa nahnu na’lamu wanastaghfiruka lima laa a’lamu” (Ya Allah sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari berbuat syirik kepada Engkau sedangkan kami mengetahuinya dan kami memohon ampun kepada-Mu atas apa yang tidak aku ketahui). Selayaknya do’a ini kita hapal dan kita perhatikan.

Dan diantara yang mendatangkan takut terhadap kesyirikan adalah sebagaimana yang terdapat dalam hadits-hadits yang sangat banyak dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dari kabar yang ia sampaikan, bahwa diantara umatnya terdapat orang yang kembali menyembah berhala. Dan terdapat beberapa hadits yang menjelaskan hal ini :

Diantaranya adalah hadits yang terdapat dalam sunan Abu Dawud dan selainnya dari Nabi shalawaatullah wasalaamuhu, bahwa Nabi bersabda :

لا تقوم السّاعة حتى تلحق قبائل من أمتي بالمشركين، وحتى تعبد قبائل من أمتي الأوثان

Kiamat tidak akan ditegakkan sampai kabilah-kabilah dari umatku mengikuti orang-orang musyrik dan sampai kabilah-kabilah dari umatku menyembah berhala-berhala“.

Dan juga terdapat dalam hadits yang lain bahwa Nabi ‘alaihi ashalatu wasalam bersabda :

لا تقوم الساعة حتى تضطرب إليات نساء دَوْس على ذي الخَلَصَة

Tidak akan datang hari Kiamat hingga pantat-pantat para wanita Daus bergoyang di sekitar Dzil Khalashah

Yaitu sebuah berhala diantara berhala-berhala yang disembah.

Nabi ‘alaihi ashalatu wasalam juga bersabda,

لتتَّبعن سَنن من كان قبلكم شبرا شبرا ذراعا ذراعا حتى لو دخلوا جحر ضبّ لدخلتموه

Kalian akan mengikuti umat-umat sebelum kalian sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, hingga walaupun seandainya mereka masuk ke lubang biawak, maka kalian pun akan mengikuti mereka”.

Seluruh hal tersebut Rasulullah sampaikan sebagai nasihat dan peringatan untuk umatnya dari dosa yang besar dan membinasakan ini. Semoga Allah melindungi kita seluruhnya dari dosa tersebut.

Dan diantara yang mendatangkan rasa khawatir terjerumus ke dalam kesyirikan adalah mengetahui bahwa orang musyrik –kita berlindung kepada Allah – tidak ada jarak antara dirinya dan api neraka kecuali kematian. Hal tersebut sesuai dengan sabda Nabi ‘alaihish sholatu wasalaam dalam Shahih Al Bukhari :

من مات وهو يدعو من دون الله ندا دخل النار

Barangsiapa mati dalam keadaan ia berdoa/beribadah kepada selain Allah, maka ia masuk ke dalam neraka

Para ulama rahimahumullah berkata, “Dalam hadits ini terdapat dalil bahwa neraka dekat dengan orang musyrik, yaitu tidak ada jarak antara orang musyrik dan neraka kecuali hanya kematian”.

Seluruh dalil tersebut menyeru kepada orang-orang yang beriman untuk khawatir terjerumus dalam kesyirikan, dengan kekhawatiran yang besar. Kemudian kekhawatiran tersebut menggerakan hatinya untuk mengenal dosa yang membahayakan ini. Kemudian ia menjadi waspada dan menjaga diri dari dosa tersebut dalam seluruh sisi kehidupannya. Oleh karena itu, terdapat hadits dalam Shahih Bukhari dari Hudzaifah ibnul yaman radhiallahu ‘anhu, ia berkata :

كان أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم يسألونه عن الخير وكنت أسأله عن الشر مخافته

“Dahulu sahabat-sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada Rasulullah tentang kebaikan. Sedangkan aku bertanya kepada Rasulullah tentang keburukan karena aku khawatir terjatuh ke dalamnya”

Dan sungguh dalil-dalil dari Al Qur’an dan Sunnah telah menunjukkan bahwa kesyirikan dibagi menjadi dua jenis, Syirik Akbar dan Syirik Ashgor. Dan keduanya terdapat perbedaan dalam batasan dan hukum di akhirat. Adapun batasan seseorang terjatuh dalam Syirik Akbar adalah : Ketika seseorang menyamakan antara selain Allah dengan Allah. Baik dari sisi Rububiyyah, Asma wa Sifat, atau Uluhiyyah. Maka barangsiapa yang menyamakan selain Allah dengan Allah dalam sesuatu yang menjadi kekhususan bagi Allah, maka sesungguhnya ia telah menyekutukan Allah berupa Syirik Akbar yang mengeluarkan pelakunya dari agama Islam.

Sedangkan batasan Syirik Asghor adalah segala yang ditunjukkan dan disifati oleh dalil dengan syirik dan tidak mencapai batasan Syirik Akbar. Seperti bersumpah dengan nama selain Allah, perkataan “Atas kehendak Allah dan kehendakmu”, juga perkataan “seandainya kalau tidak demikian dan demikian” dan yang semisal dari perkataan yang di dalamnya terkandung kesyirikan yang tidak dimaksudkan oleh orang yang mengucapkan.

Adapun dari sisi hukum di akhirat, maka keduanya juga memiliki perbedaan. Pelaku Syirik Akbar kekal di Neraka selamanya. Mereka tidak dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak pula diringankan dari mereka azabnya. Sedangkan Syirik Asghor, maka perkaranya lebih ringan dari Syirik Akbar. Walau demikian Syirik Asghor merupakan dosa besar yang paling besar. Sebagaimana perkataan Abdullah ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, 

لأَن أحلف بالله كاذبا أحبُّ إلي مِن أن أحلف بغيره صادقا

“Sesungguhnya bersumpah dengan nama Allah namun ia berdusta, lebih aku sukai dari pada bersumpah dengan selain Allah dan benar isi sumpahnya”.

Hal tersebut karena dalam sumpah dengan selain Allah walaupun benar isi sumpahnya, berarti ia telah menyekutukan Allah ‘Azza wa Jalla. Sedangkan bersumpah dengan nama Allah walaupun dusta isi sumpahnya, ia hanya terjatuh dalam sebesar-besarnya dusta namun tidak ada unsur kesyirikan di dalamnya. Dan ini adalah perkara yang dipahami oleh para sahabat radhiallahu ‘anhum.

Kemudian sesungguhnya permasalahan ini, yaitu permasalahan syirik dan mempelajarinya, adalah perkara yang paling besar yang selayaknya kita menaruh perhatian kepadanya. Dan tatkala banyak manusia belum paham tentang perkara yang besar ini, mengakibatkan mereka terjatuh dalam amalan dan perkara yang termasuk kesyirikan. Mereka tidak paham hakikat dari amalan yang mereka lakukan. Dan terkadang sebagian dari mereka menyamarkan perkara kesyirikan dengan istilah-istilah atau yang semisal dengannya. Mereka palingkan dengan hal tersebut kemurnian ibadah kepada Allah kepada jenis-jenis amalan yang haram bahkan kepada jenis-jenis dari amalan kesyirikan. Kita berlindung kepada Allah dari hal tersebut.

Dan sesungguhnya kami benar-benar memohon pertolongan kepada Allah Tabaroka wa Ta’ala agar memberikan ilmu tentang agama-Nya kepada kita semua dan memberikan taufik kepada kita semua untuk dapat mengikuti sunnah Nabi-Nya ‘alaihi ash-sholatu wasallam serta agar memberikan kita petunjuk menuju jalan yang lurus.

***

Sumber: http://al-badr.net/muqolat/2499

Penerjemah: Ndaru Tri Utomo

Artikel Muslim.or.id

🔍 Hadits Zakat, Islam Jaya, Thawaf Sunnah, Ponpes Internasional Andalus Bogor, Anak Durhaka Pada Orang Tua


Artikel asli: https://muslim.or.id/27866-peringatan-untuk-menjauhi-kesyirikan-dan-wajib-khawatir-terjerumus-padanya.html